Monday, August 2, 2010

Harus Merasa Beruntung

Mungkin kadang-kadang kita berpikir mengenai orang lain yang kita anggap "lebih" dari diri kita: lebih kuat dalam hal ekonomi, pendidikan, penampilan, kekayaan, pangkat, kedudukan, pasangan dan lain sebagainya. Walaupun tidak diucapkan di bibir, sebenarnya di kedalaman hati kita mengatakan bahwa mereka lebih beruntung. Biasanya pikiran demikian disertai pula dengan pernyataan, "Seandainya aku menjadi seperti dia...". Selama ini, mungkin kita menganggap sikap tersebut wajar, tidak menyalahi prinsip etika. Tetapi sebenarnya sikap tersebut menunjukkan beberapa hal yang perlu kita kritisi.

Pertama, menganggap orang lain lebih beruntung berarti menganggap Tuhan tidak bersikap adil kepada kita. Seakan-akan keadaan kita tergantung dari keberuntungan atau kecelakaan. Orang yang mempunyai cara berpikir seperti ini tidak akan dapat mengucap syukur dengan tulus atas kebaikan yang diberikan Tuhan kepadanya. Pasti ia tidak akan pernah merasa puas dengan bagian yang telah Tuhan berikan. Padahal dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajar kita untuk meminta makanan kita yang secukupnya (Mat. 6:11). Rasa "tidak cukup" membutakan mata pengertian seseorang mengenal Tuhan (1Tim 6: 6-7; Luk 16:11).

Kedua, menganggap orang lain lebih beruntung berarti tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Tuhan, yang harus digunakan bagi kepentingan pekerjaan-Nya. Salah satu bentuk konkretnya adalah menolong sesama. Bila kita mengerti hal ini, seharusnya tidak perlu ada perasaan iri terhadap kelebihan orang lain. Kelebihan yang ada pada orang lain, tidak akan membuat diri kita merasa malang atau gagal, sebab kita menyadari bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan: dari Dia, oleh Dia, dan untuk Dia bagi kemuliaan namaNya (Roma 11:36).

Ketiga, menganggap orang lain lebih beruntung berarti tidak menerima bahwa keadaan yang diberikan Tuhan kepada setiap individu adalah yang paling tepat baginya. Kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26). Tinggi badan, bentuk muka, mata, rambut, warna kulit dan lain sebagainya adalah keadaan yang paling sempurna yang Tuhan berikan kepada masing-masing individu. Ia tidak akan memberikan berlebih atau kurang. Dalam kesempurnaan kecerdasan dan kemahatahuanNya, Tuhan menyediakan porsi yang paling tepat bagi setiap anak-Nya. Oleh karenanya, sebagai anak Tuhan kita harus merasa beruntung, Sebab masing-masing kita pasti telah memperoleh yang terbaik dari Tuhan. Dan semua yang telah diberikan oleh Tuhan tersebut akan berguna bagi kemuliaan-Nya.


-Solagracia-

(dikutip dari Surat Gembala GBI Rehobot edisi ke-524/ 25 Juli 2010 pdt.Erastus Sabdono)

No comments:

Post a Comment